Skateboard, Olahraga Ekstrem yang Bernilai Jual Tinggi
DUA kali Samarinda menjadi seri pembuka kejuaraan nasional (kejurnas) skateboard yang digagas Indonesian Skateboarding Association (ISA). Dipilihnya Samarinda menjadi tuan rumah seri pembuka, lantaran melihat animo skater di Kota Tepian yang cukup tinggi.
SKATEBOARD sebenarnya sudah pernah dimainkan di Samarinda sejak awal tahun 90-an. Namun tempat untuk main skate atau yang biasa disebut skate park, saat itu tak ada. Mereka memanfaatkan gedung-gedung kantor, lapangan serta jalanan yang jarang dilewati untuk main skate.
Tetapi sejak kemunculan ISA dan serbuan produk-produk pakaian serta aksesoris dari luar negeri seperti Quiksilver, Oakley, Rusty, Spyderbilt, skateboard semakin digemari. Tetapi kota-kotanya pun masih terbatas seperti di Bali, Bandung dan Jakarta.
Namun dalam kurun waktu lima tahun terakhir, skateboard mulai kembali mencuri perhatian anak muda Samarinda. Meskipun bisa dibilang cukup mahal dan berbahaya, penggemar skateboard di Samarinda semakin banyak. Hal ini didukung dengan dibukanya gerai-gerai yang menjual produk-produk skate, seperti board (papan), trucks, bearing serta roda.
Meskipun memiliki banyak penggemar yang tergabung dalam satu komunitas, skater di Samarinda masih belum mempunyai tempat atau skate park yang dinilai layak. Dua tahun belakangan, halaman kantor PKK Kota Samarinda, menjadi pilihan skater karena memiliki tempat yang cukup luas.
Bakat skater Samarinda yang cukup besar terhadap olahraga asal negeri Paman Sam, Amerika Serikat ini, akhirnya didukung Pemkot Samarinda. Skate park PKK direhab di sana-sini sehingga Samarinda ditunjuk menggelar seri pembuka kejuaraan tahun 2006.
"Kalau saya lihat, skateboard di Samarinda cukup potensial untuk dikembangkan. Makanya kami tidak ragu untuk menunjuk Samarinda sebagai kota seri pembuka dua kali," ujar Ketua Harian ISA Ardi Poli kepada harian ini kemarin.
Dalam seri I kejuaraan tahun ini, skater yang ikut pun membludak. Tak hanya skater Samarinda, skater dari Balikpapan, Tarakan serta Bontang juga ikut ambil bagian. Belum lagi yang datang dari Jawa serta Sumatera.
Tetapi melihat perkembangannya, tak semua orang bisa meluncur mulus di atas papan tersebut. Selain harus memiliki keahlian serta keseimbangan yang sempurna, untuk main skate juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk papan yang tanpa roda saja harganya mencapai Rp499 ribu. Bahkan yang jutaan rupiah. Sedangkan untuk truck harganya mencapai Rp199 ribu dan roda harganya mencapai Rp299 ribu.
Menurut Ardi Poli, skate bukanlah olahraga yang mahal. Saat ini bahkan ada papan skate yang sudah lengkap dengan harga Rp1 juta. "Sekarang yang satu jutaan ada kok. Tinggal kita saja mau pakai yang merek apa," ujarnya.
Ardi juga mengatakan, kalau skater saat ini sangat jauh berbeda dengan skater sebelumnya yang dekat dengan obat-obatan terlarang atau narkoba. Dikatakannya, seseorang tidak akan bisa main skate jika mengkonsumsi narkoba atau minuman beralkohol. Hal ini dikatakannya untuk menepis anggapan kalau narkoba dan alkohol identik dengan skater.
"Tidak akan bisa main skate kalau mengkonsumsi minuman beralkohol atau narkoba. Sekarang skate sudah menjadi industri dengan masuknya sponsor-sponsor luar," ungkap Sport Marketing Oakley ini.
Ardi mengharapkan, dengan tingginya animo skate dan mulai berubahnya paradigma terhadap skater, dia berharap agar skate bisa dipertandingkan di level yang lebih tinggi, yakni PON. Hal ini mengingat skateboard masih berada dalam naungan Persatuan Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi).
"Kita sudah ada upaya supaya skateboard bisa dipertandingkan di PON. Meskipun belum ada titik terang, tetapi kita tetap berusaha," pungkasnya. (yudi dharmawan)
diambil dari Samarinda post